Zainuddin pergi dengan niat mencari ilmu agama yang kental di ranah Minangkabau dan ingin mempelajari kebudayaan setempat.
Saat berada di sana, Zainnuddin terpesona dengan keindahan budaya Minang. Di sebuah kesempatan bertemu dengan wanita cantik Hayati (Pevita Pearce) yang dikisahkan seorang anak yatim piatu dengan asuhan ketua suku di Batipuh.
Zainuddin merasa hatinya digenggam oleh rasa suka mendalam kepada Hayati. Seketika ia menjadi pujangga dengan memberikan kata-kata menusuk perasaan wanita yang punya kecantikan alami itu melalui kalimat-kalimat indah yang ia karang.
Seolah gayung bersambut, Hayati pun luluh dengan alunan kata indah dari Zainuddin, dan ia membalas surat dengan kata-kata halus yang intinya menerima cinta Zainuddin.
Setelah alur romantis dialirkan, penonton diajak masuk ke dalam alur konflik, ketika hubungan beda budaya ini ditentang oleh para ninik-mamak Hayati, dan para tetua suku.
Zainuddin dianggap bukan berdarah Minang. Selain itu, Zainuddin bukan pria mapan sehingga tidak cocok untuk dijadikan sandaran hidup. Lalu, para tetua memutuskan Zainuddin agar angkat kaki dari Batipuh agar tidak berhubungan dengan Hayati lagi.
Sebelum meninggalkan Batipuh, Zainuddin dan Hayati mengucapkan janji setia akan menjalani hidup bersama di suatu saat nanti. Mereka menelurkan ikrar di sebuah danau tempat Zainuddin biasa menulis.
Di suatu ketika, Zainnuddin kembali ke Padang Panjang untuk memperdalam belajar agama. Namun, apa yang didapat, janji suci antara dirinya dengan Hayati ternyata hanya sebatas manis di mulut.
Hayati sudah dipersunting oleh Aziz (Reza Rahardian), seorang anak kaya raya yang berdarah Minang. Tak hanya itu, Aziz adalah keturunan Bangsawan. Tetua adat lebih menyukai Aziz ketimbang Zainuddin yang tak punya apa-apa.
Mengetahui kabar itu, Zainuddin meluapkan amarah dengan mengatakan pernikahan Hayati dan Aziz hanyalah, "Pernikahan harta dan kecantikan".
Zainuddin pun jatuh sakit melihat kabar itu, hatinya seperti diiris-iris oleh pisau bermata gerigi. Sakit bukan main. Di situ, Muluk (Randy Nidji) menasehati Zainuddin untuk move on. Dan, Zainuddin pun membawa hati yang resah ke tanah Jawa dengan banyak belajar tentang hidup dan ia akhirnya berhasil menjadi orang terpandang.
Zainuddin memanfaatkan tulisan- tulisan berharganya yang ia buat di surau, danau, dan di kamar. Ia kumpulkan dan dikirim ke surat kabar di tanah Batavia (Jakarta). Karyanya pun dinikmati oleh seluruh masyarakat Tanah Air termasuk Sumatera Barat. Zainuddin membubuhkan nama pena Z yang jadi buah bibir. Ia pun menjadi seorang pujangga yang diidolakan wanita dari berbagai suku.
Setelah itu, Zainuddin juga menulis sebuah buku hingga membawanya jadi pemimpin surat kabar di Surabaya. Zainuddin mengumpulkan semua anak rantauan dari Minang di tanah Jawa. Ketika ia menggelar sebuah opera, ternyata hadir sang pujaan hati Hayati yang datang bersama suaminya, Aziz. Pasangan ini ternyata sudah berdomisili di Surayaba.
Didepan Hayati, Zainuddin terlihat tegar seolah-olah tak mengenal, ia sudah menganggap Hayati sebagai isteri dari temannya. Hingga pada akhir kisah ternyata ikrar janji yang dulu pernah dibuat mekar kembali. Tenggelamnya kapal Van Der Wicjk menjadi titik balik kembalinya cinta Zainuddin kepada Hayati.
Film yang disutradari oleh Sunil Soraya ini mengangakat dari novel roman sarat nilai sejarah karya karya Buya Hamka dengan judul yang sama. Mengambil setting 1930, kita disuguhkan kehidupan masyarakat Minang dan Jawa saat itu. Kata-kata indah milik Buya Hamka, akan kita nikmati oleh penampilan dari Junot dan Pevita. Film ini akan resmi diputar pada 19 Desember 2013 diseluruh bisokop Tanah Air.
Film: Tenggelamnya kapal Van Der Wicjk
Genre: Drama Sejarah
Sutradara: Sunil Soraya
Produser: Ram Soraya, Sunil Soraya
Produksi: PT. Soraya Intercine Films
Durasi: 165 minutes
Pemain:
- Herjunot Ali
- Pevita Pearce
- Reza Rahadian
- Randy Nidji
- Gesya Shandy
- Arzeti Bilbina
- Kevin Andrean
- Jajang C Noer
Demikianlah Sinopsis Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wicjk.